WINDOW-DRESSING AKHIR TAHUN: DESEMBER CERIA?

Bagi para investor yang sudah akrab dengan pasar modal, mungkin sudah sering mendengar
istilah Window Dressing. Apakah Window Dressing itu?
Window Dressing adalah sebuah istilah yang diucapkan oleh para pelaku pasar di Wall Street,
yakni suatu fenomena di akhir tahun, dimana biasanya indeks pasar saham ditutup positif pada
bulan Desember dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini biasanya terjadi pada seluruh pasar
saham secara global. Mengapa bisa demikian?
Menjelang akhir tahun, para manajer investasi global akan melakukan review terakhir atas
kinerja portofolio mereka. Mereka akan menjual saham yang dianggap kurang prospek dan
membeli saham yang dianggap lebih prospek untuk tahun berikutnya.
Secara teori, saham yang diekspektasi lebih memiliki prospek adalah saham berkapitalisasi
besar (big-cap). Dan ketika saham-saham big cap diburu beramai-ramai, tentu saja harga
saham big-cap secara mayoritas akan naik. Dan karena saham big-cap adalah driver utama
dari sebuah indeks saham, otomatis indeks sahamnya juga terkerek naik.
Bagi seorang manajer investasi global, strategi ini dilakukan pada seluruh saham yang
dikelolanya dari pasar saham seluruh dunia. Oleh karena itu, efek dari Window Dressing ini
tidak hanya terasa di Wall Street saja, namun juga pasar saham regional, termasuk Indonesia.
Untuk melihat sejauh mana efek Window Dressing di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
penulis melakukan penelitian hasil return bulanan IHSG sejak tahun 2004 – 2014, dengan hasil
berikut ini:

GAMBAR

Hasil penelitian ternyata memang menunjukkan adanya efek Window Dressing pada IHSG.
Sejak tahun 2004 hingga 2014, di bulan Desember pada tiap tahunnya selalu memberikan
return bulanan positif. Tidak pernah sekalipun bulan Desember memberikan return negatif
dalam 10 tahun terakhir. Bahkan di tahun 2008, ketika IHSG turun lebih dari 50% pada tahun
tersebut, bulan Desember-nya masih tetap memberikan return diatas 9% dibanding bulan
sebelumnya.
Apakah berarti saat ini time to buy saham big-cap? Dalam ilmu portofolio, investasi pada saham
big-cap tetap direkomendasi agar selalu menjadi bagian dari portofolio sepanjang tahun.
Danareksa Investment Management (DIM) telah mengelola produk Reksa Dana Saham
Danareksa Mawar yang memang berfokus pada saham-saham big-cap untuk rekomendasi
tersebut. Melalui pengelolaan yang profesional, Danareksa Mawar telah memberikan return
yang kompetitif dibandingkan IHSG (sebagai benchmark-nya), seperti pada grafik return
bulanan dengan periode akhir Oktober 2001 – 2015 dibawah:

GAMBAR

Apakah berarti setiap bulan Desember merupakan saat tepat untuk mendulang untung di pasar
saham? Dari data historis di atas, tampaknya kesempatan itu memang ada jika tujuannya
adalah menjaring momentum dalam bulan yang bersangkutan.
Apakah berarti return bulanan di bulan Desember 2015 ini akan positif? Time will tell.

Akhir kata, mengejar potensi profit di bulan Desember sah-sah saja. Namun sangat
direkomendasikan agar investor tidak mempertaruhkan seluruh portofolio yang ada demi
mengejar efek Window Dressing ini semata.
Secara ideal, investor sebaiknya tetap berinvestasi dengan terdiversifikasi, time horizon untuk
jangka panjang, serta dilakukan secara berkala – terlepas apakah saat itu bulan Desember atau
tidak.

Return Gap: Return on Investments vs. Return to Investors

Bagaimana efek pengambilan-keputusan berperan di dalam return bagi seorang investor?

Katakanlah seorang investor memutuskan berinvestasi dalam sebuah Reksa Dana. Salah satu cara untuk melihat berapa return sesungguhnya yang diterima oleh investor tersebut adalah dengan membandingkannya terhadap return dari Reksa Dana itu sendiri. Apakah return sesungguhnya itu lebih tinggi atau lebih rendah?

Dalbar Inc. dan Morningstar pernah melakukan penelitian perbandingan return yang sesungguhnya diterima investor terhadap return yang sejatinya dihasilkan oleh produk yang sama dalam rentang periode tertentu. Dalam hal ini, mereka mengambil sampel dari sebuah Reksa Dana yang berkinerja cemerlang, CGM Focus Fund, sebuah Reksa Dana yang dikelola oleh sebuah perusahaan manajer investasi di Boston, Amerika Serikat.

Dalam rentang tahun 2000-2010, produk CGM Focus Fund tersebut menghasilkan rata-rata return 11% per tahun. Namun dalam periode yang sama, para responden investor yang berinvestasi pada Reksa Dana tersebut mayoritas ternyata menikmati rata-rata return dibawah 11%, bahkan ada yang rata-rata hanya 4% per tahun. Berarti ada gap 7%. Kemana yang 7% ini?

Return gap

Dalbar Inc. dan Morningstar dalam laporannya “Quantitative Analysis of Investor Behavior (QAIB)” memperoleh fakta bahwa perbedaan atau gap yang timbul adalah karena investor sering mengambil keputusan untuk masuk/keluar di tengah-tengah, sedangkan angka return yang tertera dari Reksa Dana tersebut adalah angka kinerja untuk buy-and-hold.

Alasan keputusan masuk/keluar memang bisa bermacam-macam, misalnya: redemption karena butuh uang, profit-taking, rebalancing, atau investasi bulanan. Namun faktor yang paling banyak ternyata adalah karena market-timing dalam rangka usaha mengejar performance setinggi-tingginya. Alih-alih mendapat return tinggi, performance yang tercipta justru banyak tergerus oleh pembayaran subscription/redemption fee. Yang lebih parah adalah ketika pasar sedang berfluktuasi sehingga banyak investor mengambil keputusan bersifat emosional. Akibatnya, mereka malah menjadi “buy high and sell low”. Di dalam penelitian di atas, Dalbar Inc. menyebutkan gap yang timbul adalah “cost of behavior”.

Memang betul, ada beberapa investor yang mampu memperoleh return di atas kinerja produk terkait yang dikarenakan investor tersebut kebetulan masuk/keluar di timing yang tepat. Akan tetapi perlu diingat, bahwa market-timing yang akurat sangat tidak mudah untuk dilakukan secara konsisten dalam jangka panjang, apalagi oleh khalayak investor pada umumnya yang mungkin terbatas akan akses perdagangan maupun informasi di pasar.

Kesimpulan, efek psikologis dapat berpengaruh di dalam mengambil keputusan berinvestasi, yang pada akhirnya berpengaruh pada return yang diterima. Tetaplah tenang di dalam berinvestasi. Susunlah rencana investasi jangka panjang dan tetap disiplin berinvestasi pada jalan tersebut.

TIPS KETIKA NILAI INVESTASI TURUN: DON’T PANIC

Secara umum, pasar modal di dunia sedang turun sepanjang tahun 2015, tak terkecuali
Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal Januari 2015 sudah turun -15%.
Situasi mungkin masih diperparah dengan penurunan nilai tukar Rupiah plus kenaikan harga
barang-barang. Para investor wajar saja jika merasa bingung dan bertanya-tanya apa yang
harus dilakukan.

Satu hal yang pasti, investor jangan sampai panik dan malah mengambil keputusan emosional.
Ada baiknya para investor tetap tenang dan melihat kembali portofolio yang dimilikinya serta
mempertimbangkan beberapa langkah yang mungkin bisa dilakukan, antara lain:

1. Lihat Kembali Tujuan Investasi
Investasi sebaiknya dilakukan untuk jangka panjang. Meskipun saat ini pasar tampak
sedang turun, namun dalam jangka panjang besar kemungkinan akan memberikan nilai
positif. Sejarah pasar modal Indonesia menunjukkan ketika terjadi penurunan kinerja dalam
satu periode biasanya akan disusul rebound di periode berikutnya (contoh tahun 2008 vs.
tahun 2009).
Jangka waktu yang panjang akan memberikan kesempatan bagi pasar recovery ketika
sedang fluktuasi. Data historis juga menunjukkan hasil investasi akan positif dalam jangka
panjang.

IHSG vs Deposito

2. Atur Kembali Komposisi Portofolio (Rebalancing)
Apabila investor merasakan situasi pasar saat ini kurang bersahabat, investor boleh
mengurangi eksposur ekuitas dan mengalokasikan ke dalam produk reksa dana pasar
uang. Selain memberikan rasa yang lebih aman ketika pasar sedang fluktuatif, reksa dana
pasar uang juga memberikan kesempatan kepada investor untuk segera dapat masuk
kembali ke pasar saham (melalui fasilitas switching) jika investor sudah merasa siap
kembali serta jika kondisi pasar sudah lebih stabil.

3. Menambah Investasi
Banyak investor yang justru melihat penurunan pasar sebagai momen yang tepat untuk
masuk ketika valuasi sedang murah. Jangan malah keluar ketika pasar sedang turun,
apalagi jika investasi tersebut adalah untuk jangka panjang sebab malah akan
menyebabkan investor ketinggalan ketika pasar rebound (seperti di tahun 2009 ketika IHSG
rebound 86%).

Pergerakan IHSG 3 bln terakhir

4. Tetap Berinvestasi Secara Disiplin
Daripada pusing menebak-nebak kapan saatnya masuk atau keluar, investor dapat
menempuh langkah investasi secara berkala terlepas ketika pasar sedang naik atau turun.
Strategi ini yang lazim disebut dollar cost averaging (DCA) akan memberikan kesempatan
bagi investor membeli jumlah unit investasi yang lebih banyak ketika pasar sedang turun,
dan sebaliknya mendorong pertumbuhan nilai total investasi ketika pasar sedang naik.
Dengan kata lain, investor akan selalu memperoleh benefit dari berbagai situasi pasar yang
ada.

5. Melihat Kembali Pos Pengeluaran

Di saat situasi ekonomi kurang menguntungkan, tidak ada salahnya apabila investor juga
melihat kembali kondisi keuangan yang dimilikinya. Review kembali apakah ada pos-pos
pengeluaran bulanan yang bisa dihemat. Pengeluaran-pengeluaran reguler yang kurang
mendesak seharusnya masih bisa ditekan.
Melalui penghematan, paling tidak investor dapat memiliki ruang atau fleksibilitas di dalam
pengelolaan anggaran keuangannya sebagai cushion untuk antisipasi ketika kondisi
ekonomi kurang bersahabat.
Kesimpulan
Satu hal yang patut selalu diingat, siklus naik turun pasar adalah hal yang biasa. Yang
terpenting adalah bagaimana antisipasi maupun reaksi dari investor. Tetap tenang, tetap teratur
berinvestasi, rebalancing, serta tinjau kembali tujuan investasi dan kondisi keuangan dapat
menjadi rekomendasi yang jangan diabaikan.


Sumber : Danareksa Investment Mangement

Langkah Awal Membeli Saham

KOMPAS.com – Pilihan investasi banyak ragamnya. Prinsip utamanya, Anda perlu memahami untuk apa investasi tersebut. Apa bedanya dengan menabung? Toh, keduanya merupakan bentuk perencanaan keuangan untuk persiapan masa mendatang, kan?

Kondisi keuangan yang tak pasti akan membuat Anda memilih untuk menabung atau investasi. Inflasi yang sudah hampir pasti terjadi atau bahkan deflasi bisa saja menghantam kondisi keuangan, termasuk kantong pribadi Anda.

Dengan menabung Anda hanya akan menyimpan uang, tetapi tidak mengembangkannya. Artinya, selama 10 tahun menyimpan uang nilainya tak berubah. Sementara itu, inflasi menyebabkan harga barang dan jasa semakin tinggi. Nilai tabungan Anda takkan mengimbangi laju inflasi. Sedangkan dengan berinvestasi, Anda mampu meningkatkan nilai uang karena adanya nilai tambah dari uang yang Anda investasikan dari berbagai pilihan instrumen yang ada. Seperti emas, yang harganya akan terus tinggi. Jika Anda beli emas saat ini, nilainya akan naik sekitar 50 persen setiap tahunnya. Lain lagi dengan pasar uang seperti saham sebagai instrumennya.

Jika Anda tertarik berinvestasi saham, simak langkahnya:

1. Cari informasi dan buatlah keputusan
Seperti dijelaskan sebelumnya, inflasi atau deflasi, bisa terjadi di masa mendatang. Anda akan sangat mudah kehilangan uang disebabkan oleh keduanya. Menyimpan uang berbahaya apalagi jika resesi terjadi. Solusinya, belilah aset berharga. Saham termasuk aset yang mudah diperjualbelikan, asalkan memahami risikonya. Pemahaman tentang berbagai produk investasi sangat bisa dipelajari. Internet menjadi sumber informasi yang paling mudah saat ini. Yang terpenting adalah membuat keputusan, bahwa Anda harus menyelamatkan diri dari keruntuhan finansial yang bisa disebabkan oleh berbagai kondisi keuangan.

2. Sehatkan kondisi keuangan Anda
Sebelum membeli produk investasi, pastikan kondisi keuangan Anda sudah sehat. Artinya, jumlah hutang menurun, setidaknya Anda hanya punya cicilan kendaraan saja. Sebisa mungkin hindari hutang atau setidaknya kurangi hutang Anda. Miliki dana cadangan sebesar tiga atau enam bulan dari total pengeluaran setiap bulannya. Uang ini merupakan tabungan Anda untuk jaga-jaga jika kondisi keuangan menurun drastis karena kehilangan pekerjaan atau bisnis merugi.

3. Memilih broker
Cari informasi selengkap-lengkapnya tentang pilihan saham dan juga broker-nya. Jangan pilih perusahaan broker yang tak jelas kinerja dan profilnya, atau tanpa ada rekomendasi dari orang lain yang sudah berinvestasi saham. Biasanya, bank besar memiliki broker saham. Setidaknya broker dari bank lebih terpercaya karena Anda sudah lama menjadi pelanggan bank tersebut. Jika merasa yakin dan aman, Anda juga bisa memilih broker dari jasa broker online. Prinsipnya, kenali kebutuhan Anda agar bisa memilih broker yang tepat.

4. Memilih layanan yang ditawarkan broker
Broker memiliki banyak tipe layanan jasa. Ada yang jasa umum, ini lebih murah. Ada juga yang memberikan jasa konsultasi, biasanya perlu ekstra budget untuk tipe ini. Jika Anda merasa mampu menganalisa perdagangan saham, pilih saja broker yang hanya melayani kebutuhan dasar tanpa ruang konsultasi. Namun jika Anda tidak memiliki gambaran sama sekali tentang investasi saham, sebaiknya pilih broker yang sekaligus bisa menjadi konsultan Anda.

Putuskan juga bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan broker. Buatlah kesepakatan dengan broker, apakah komunikasi dilakukan dengan temu muka, atau bisa dihubungi dengan telepon kapan saja, atau melalui internet. Pastikan juga, apakah Anda hanya ingin membeli dan menjual saham atau juga produk pasar modal lain seperti reksadana atau obligasi.

5. Membeli saham
Setelah memilih broker yang tepat saatnya mulai memilih dan membeli saham. Anda yang bertugas menentukan pilihan saham, lalu broker yang akan membelikannya untuk Anda. Pilihlah saham dengan hati-hati. Sebaiknya beli saham perusahaan yang memiliki kinerja baik bahkan menjadi leader di bidang usahanya. Beli saham dari berbagai bidang usaha atau lakukan diversifikasi. Misalnya saham bank, ritel, perusahaan makanan-minuman, hotel, perusahaan energi, dan komoditi.

Saat Anda sudah menentukan pilihan saham, hubungi broker atau perusahaan broker dan mintalah aplikasi pembelian saham. Banyak broker yang menawarkan pembelian saham melalui sistem online. Syaratnya, Anda harus mengirim cek atau transfer uang untuk pembukaan rekening. Karenanya, Anda perlu memilih broker terpercaya, lebih baik lagi jika direkomendasikan oleh teman atau kerabat Anda. Mengirim cek akan mempercepat proses pembukaan rekening. Segera setelah rekening Anda miliki, Anda bisa mulai membeli dan menjual saham.

Lakukan evaluasi berkala untuk memantau perkembangan kinerja perusahaan dan saham yang Anda miliki darinya. Apakah investasi menguntungkan atau mulai dirasa menurun kinerjanya.
WAF

sumber : http://female.kompas.com/read/xml/2010/09/14/08482034/Langkah.Awal.Membeli.Saham-5

Berkenalan dengan Manajer Investasi

Ketika kita berpatungan atau iuran ramai-ramai bareng teman untuk membeli sesuatu, pasti ada seseorang yang bertindak sebagai koordinator.  dalam dunia reksadana, “koordinator” semacam ini juga ada, namanya Manajer Investasi (MI)

MI reksadanalah yang memungkinkan para investor yang tak saling mengenal bisa berinvestasi bersama dalam reksadana.  Dialah yang mengumpulkan uang hasil iuran investor, menetapkan tata cara menyetor modal, mengelola seluruh dana yang terkumpul agar mendapatkan keuntungan setinggi mungkin, lalu mengembalikan dana berikut keuntungannya jika investor menghendaki.  Pendek kata, MI lah yang menjadi penyelenggara produk investasi bernama reksadana ini.

Oiya, MI bukanlah seseorang, melainkan perusahaan yang mempekerjakan para profesional.  MI harus mengantongi izin dari Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), sebelum beroperasi.  Lembaga resmi bentukan pmerintah ini mengawasi MI agar bekerja baik, tak mencurangi investor.

Di Indonesia terdapat berpuluh-puluh MI reksadana.  Masing-masing menawarkan reksadana yang berbeda.  Kelihaian MI memutar dana investor juga lain. So, memilih MI yang tepat adalah salah satu kunci sukses berinvestasi reksadana.

Sumber : Tabloid Kontan

Mengenal Reksadana

Rendahnya bunga tabungan dan deposito sementara disisi lain penghasilan yang sepertinya selalu ketinggalan dan tidak mampu mengejar tujuan-tujuan keuangan yang telah kita susun sebelumnya, memaksa kita untuk berpikir dan bertindak lebih bijak mencari alternatif bentuk investasi lain.  Sebagai gambaran uang di  tabungan baru tidak akan tergerus jika saldonya minimal Rp 6 juta.  Karena pada level itu, biaya administrasi dan bunga mencapai titik keseimbangan.

Instrumen  investasi apa saja yang tersedia buat kita agar tercapai tujuan-tujuan keuangan yang telah kita buat ?  Yang dapat dimengerti oleh kita, dimana pengetahuan kita tentang investasi terbatas, waktu terbatas, dan dana terbatas.  Pokoknya semuanya serba TERBATAS  :-).   Oiya, tetapi harus liquid (artinya mudah di konversi ke cash) dan returnnya lebih tinggi dari tabungan.

Reksadana lah jawabannya.  Reksadana muncul karena umumnya pemodal mengalami kesulitan melakukan investasi sendiri pada berbagai macam instrumen surat berharga. Terbatasnya pengetahuan pemodal yang membuat kesulitan dalam melakukan berbagai analisa dan memonitor kondisi pasar secara terus menerus yang sangat menyita waktu.  Kesulitan lain adalah dibutuhkannya dana yang relatif besar  untuk dapat investasi pada instrumen surat berharga tersebut.

Secara umum reksadana utama yang ditawarkan Manajer Investasi (MI) di Indonesia dibagi dalam 4 jenis kategori yaitu :

Reksadana Pasar Uang

Reksadana Pasar Uang adalah reksadana yang menempatkan 100% dana kelolaan pada instrumen pasar uang.  Yaitu instrumen utang jangka pendek yang tak lebih dari setahun. Misalnya, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito, atau obligasi yang akan jatuh tempo kurang dari setahun.  Instrumen Pasar Uang – kecuali obligasi berumur kurang dari setahun – tidak diperjualbelikan.  Oleh karena itu (Nilai Aktiva Bersih) NAB reksadana ini tidak berubah-ubah atau tetap.  Keuntungan yang Anda terima tidak tercermin dari NAB, melainkan dalam bentuk tambahan jumlah Unit Penyertaan (UP) milik Anda.

Dengan karakteristik seperti ini, reksadana pasar uang cocok bagi mereka yang terbiasa berinvestasi di deposito. Produk ini juga pas buat pemodal yang beriorientasi jangka pendek dan jenis pemodal yang mempunyai toleransi resiko rendah (konservatif).  Tentu saja para pemodal mesti maklum bila hasil investasi reksadana ini tak berbeda jauh dari deposito. Soalnya, reksadana pasar uang menempatkan sebagian dana pemodal ke deposito bank.


Reksadana Pendapatan Tetap

Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari porfolionya yang dikelola Manajer Investasi (MI) dalam efek bersifat utang. Dengan membeli surat utang, MI akan mendapatkan bunga secara rutin. Inilah maksud “pendapatan tetap” : nilai bunga yang diterima oleh MI dan penerbit obligasi selalu tetap sampai jatuh tempo.

Meski begitu, bukan berarti NAB reksadana ini juga selalu tetap. Asal Anda tahu, obligasi juga lazim diperjualbelikan di pasar modal. Pada saat tertentu harga obligasi naik, pada saat yang lain harganya turun. Nah, fluktuasi harga surat utang ini mempengaruhi NAB reksadana, dan pada gilirannya mempengaruhi harga UP.

Meski dalam kondisi normal fluktuasi NAB reksadana pendapatan tetap tak sebesar reksadana saham, sebaiknya Anda juga menjadikan reksadana obligasi ini sebagai instrumen investasi jangka menengah, 1-3 tahun. Dengan strategi seperti ini, pemodal reksadana pendapatan tetap kemungkinan akan terhindar dari kerugian akibat fluktuasi harga obligasi dalam jangka pendek.

Reksadana pendapatan tetap ditujukan bagi pemodal yang mempunyai toleransi resiko menengah (moderate)


Reksadana Saham

Sesuai namanya, reksadana saham adalah reksadana yang menempatkan mayoritas dana pemodal dalam instrumen saham.  Gampangnya, MI reksadana saham menggunakan uang Anda untuk berinvestasi dalam bentuk saham. NAB reksadana saham bergerak seiring perubahan harga saham yang telah dibeli MI (portofolio) di bursa. Jika harga-harga saham tersebut naik, NAB juga meningkat. Begitu pula sebaliknya; saat harga saham turun, NAB reksadana ikut melorot. Berhubung NAB reksadana saham gampang naik turun, harga UP juga fluktuatif. Jika Anda menjual UP ketika harganya relatif lebih rendah dibandingkan saat Anda membeli, Anda akan merugi dan sebaliknya.

Oleh sebab itu, reksadana saham hanya cocok untuk investasi jangka panjang, minimal 5 tahun. Dalam jangka panjang, umumnya harga-harga saham meningkat sehingga Anda juga bisa berharap NAB reksadana saham juga naik.

Reksadana saham ini ditujukan untuk mereka yang mempunyai toleransi resiko tinggi (agresif).


 

Reksadana Campuran

Reksadana campuran merupakan reksadana yang menginvestasikan dananya pada saham, obligasi dan deposito sekaligus. Gampangnya, ini reksadana gado-gado. Penempatan dananya bisa di saham, surat utang atau obligasi, deposito dan instrumen investasi lainnya. Komposisinya pun bisa sangat fleksibel. Dengan membeli reksadana campuran, pemodal berkesempatan memperoleh imbal hasil dari berbagai macam instrumen investasi.

Biasanya tingkat keuntungan yang diberikan reksadana campuran bisa lebih tinggi ketimbang reksadana pasar uang dan pendapatan tetap, bahkan seringkali hampir menyamai imbal hasil di reksadana saham. Dilain pihak, resiko reksadana ini boleh dibilang tidak sebesar reksadana saham. Sebab, MI bisa leluasa memutar dana di segala situasi. Nah, oleh karena itu, pemodal bisa memilih reksadana campuran ini sebagai alternatif reksadana saham.

Disclaimer :  Pemodal reksadana perlu menyadari bahwa reksadana mengandung risiko dan kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan dan tidak harus menunjukkan kinerja masa yang akan datang.

Referensi :

  • Tabloid Kontan
  • REKSADANA (Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern) oleh Eko Priyo Pratomo

Namanya Reksadana bukan Danareksa

Bagi para pemula, sering bingung dan terbalik-balik antara reksadana dengan Danareksa ? Kedua kata ini memang sekilas terdengar mirip karena suku katanya saja yang dibalik. 🙂

Danareksa merupakan nama sebuah Badan Usaha Milik Negara Indonesia  yang bergerak dibidang jasa keuangan yaitu PT Danareksa.  Yang mungkin membuat sedikit bingung adalah PT. Danareksa juga mempunyai produk reksadana.

Singkatnya bisa dikatakan Danareksa adalah sebuah perusahaan keuangan sedangkan reksadana adalah produk dari suatu perusahaan keuangan.

Apa itu Reksadana ?

Secara definisi, Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana masyarakat yang dikelola oleh badan hukum yang bernama manajer investasi untuk kemudian diinvestasikan ke aset finansial lainnya seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang lainnya.

Kalau dianalogikan, Reksadana itu adalah gabungan dana dari banyak orang atau pihak (yang sering disebut dengan istilah “investor“)  untuk dikelola sehingga bisa memberikan keuntungan buat pemilik dana (investor).

Mirip-mirip dengan arisan atau patungan (saweran) uang yang sering dilakukan oleh para ibu-ibu atau generasi muda saat ini, cuma dana tersebut dipakai untuk tujuan berinvestasi bukan konsumtif dengan memberikannya untuk dikelola oleh profesional (Manajer Investasi).

Peserta reksadana yang kita sebut dengan investor tadi belum tentu saling kenal.  Karena mereka tersebar dan berasal dari berbagai tempat.  Yang mengikat para investor adalah tujuan mereka sama yaitu mendapatkan keuntungan dari “patungan” investasi mereka. Yang kadang sering disebut dengan istilah return (tingkat pengembalian).

Jadi sekarang sudah tidak akan kebalik balik lagi kan penyebutan antara danareksa dengan reksadana 🙂

Contoh Corfirmation Statement dari Danareksa dengan produknya reksadana saham mawar

Menabung vs Investasi

Oleh: Uliel Siregar

Kesalahan yang paling sering dilakukan orang ketika mendengar kata “menabung” dan “investasi” adalah menyamakan artinya. Dalam beberapa kasus, penggunaan kedua kata ini bahkan kerap dibolak-balik. Padahal ada perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya.

Menabung pada dasarnya adalah menyiapkan dana untuk keperluan darurat (jaga-jaga) yang secara spefisik bertujuan untuk jangka waktu pendek (biasanya dibawah tiga tahun, bahkan satu tahun). Ada setidaknya dua aspek penting dalam menabung. Pertama, adanya jaminan pengembalian nilai modal atau uang pokok (safety of principal) dan kedua, adanya kemudahan dalam mengonversikannya ke dalam cash (liquidity of fund). Karena sifat-sifat ini, umumnya tingkat hasil pengembalian dari tabungan rendah, dan biasanya tidak bisa mengalahkan tingkat inflasi.

Dalam bahasa kiasan, menabung sesederhana “menaruh uang di bawah bantal”. Yang dilakukan hanya menyisihkan uang dan menyimpannya tanpa mengharapkan tingkat imbal hasil (return). Mengenai akan digunakan untuk apa simpanan uang tersebut, kadang belum terpikirkan. Dalam menabung, cara yang kita ketahui baru terbatas dalam bentuk tabungan dan deposito di bank.

Sementara itu, investasi difokuskan untuk meningkatkan nilai aset atau melindungi nilai aset yang sudah dimiliki. Tidak seperti menabung, investasi lebih bertujuan untuk jangka panjang. Tingkat resikonya pun terbilang lebih tinggi, termasuk kehilangan seluruh modal yang diinvestasikan. Namun, di sisi lain sanggup memberikan return yang lebih potensial dan dapat mengalahkan tingkat inflasi.

Investasi sifatnya lebih kompleks. Dibutuhkan perencanaan matang mengenai dana yang diinvetasikan, misalnya untuk kebutuhan apa dana tersebut, berapa lama waktu yang dibutuhkan, bagaimana mengalokasikan dana pada masing-masing instrumen investasi yang dipilih, bagaimana implementasi dan evaluasinya serta langkah penyesuaian jika terjadi perubahan.

Berikut perbandingan karakter menabung dan investasi:

Menabung Investasi
Aman
Mudah diakses
Tingkat hasil pengembalian rendah
Biasanya tidak bisa mengalahkan inflasi
Digunakan untuk tujuan keuangan jangka pendek
Ada unsur resiko
Volatif
Tingkat hasil pengembalian lebih potensial
Biasanya bisa mengalahkan tingkat inflasi
Tujuan keuangan jangka menengah atau panjang

Satu hal yang harus Anda pertimbangkan, investasi hanya bisa diakukan setelah Anda mempunyai tabungan yang cukup.